Tradisi Heroik Dewa Mesraman

Hari telah sore dan langit saat itu sedikit mendung, beberapa awan menggelantung di atas langit, meski tidak pekat namun membuat sore kian terlihat temaram. Lalu lalang kendaraan depan rumah kian rame saja, selain karena memang satu-satunya jalan raya penghubung Karangasem – Klungkung, hari-hari seperti ini memang banyak hilir mudik pengendara motor, kebanyakan diantaranya memakai pakaian adat Bali, hari itu memang salah satu hari raya besar yang dimiliki umat Hindu Bali yakni hari raya Kuningan.

Saya sudah siap dengan pakian adat dan tas berisi kamera yang diselempangkan di bahu sembari pamitan sama orang tua saya menghidupkan mesin motor. Saya memang sudah melakukan persembahyangan tadi pagi, dengan pakian adat ringan saya akan mengunjungi tradisi unik yang ada di Banjar Timbrah tepatnya di Pura Panti, Desa Paksebali, Klungkung. Tradisi heroic yang memang bertepatan dengan Kuningan. Mengingat jarak rumah ke Paksebali lumayan dekat jadi saya putuskan datang jam 5 sore, info yang saya dapat dari salah seorang teman upacara akan dimulai jam 6 sore. Ini waktu yang terbilang mempet, datang sedikit lebih awal akan sedikit menguntungkan, barangkali bisa menangkap hal-hal unik lain yang ada dalam tradisi tersebut.

Dewa Masraman, beberapa orang sedang menggotong Jempana sambil berlarian mengelilingi areal pura.
Dewa Masraman, beberapa orang sedang menggotong Jempana sambil berlarian mengelilingi areal pura.

Continue reading

Menahan Dingin di Pura Poteng Bromo

Hari ketiga, tengah malam ini udara masih dingin, begitupun dengan air yang ada di kamar mandi tak ubahnya jarum-jarum kecil menusuk kulit jika kusentuh, dingin itu mengerikan! (mungkin sedikit berlebihan) 😀
Jaket, kaos kaki, sepatu dan kuplok yang sama masih membalut tubuhku, mereka laksana malaikat saat-saat seperti ini, hehehe… Saya memang tidak tahan dengan udara dingin, lebih baik saya dijemur dibawah terik matahari yang menyengat ketimbang disuruh berlama-lama diruangan ber-AC atau disini di Bromo saat ini, namun karena ini adalah traveling dan saya belum pernah ke sini sebelumnya jadi saya akan berusaha untuk menikmatinya.

Masih di dalam pelataran pura dan pi ungun dimana-mana,
Masih di dalam pelataran pura dan api ungun dimana-mana

Continue reading

Serba-Serbi Pesta Kesenian Bali 2012

Sebulan sudah Pesta Kesenian Bali (PKB) yang ke-34 digelar, dibuka pada tanggal 11 Juni dan berakhir pada tanggal 9 Juli 2012, sepanjang bulan mementaskan berbagai macam kesenian baik dari seluruh kabupaten yang ada di Bali, kota-kota lain dari Indonesia maupun dari beberapa negara sahabat. Tak rutin memang saya datang ke gedung Arda Candra Denpasar untuk menonton semua pertunjukan yang secara teratur digelar di tiga areal yang berbeda sepanjang harinya. Berikut adalah beberapa foto yang bisa saya abadikan, enjoy.

Penari Arja Bali di gedung Ksirarnawa.

Continue reading

Candra Sang Dalang Cilik

Ini adalah kali kesekian saya mengunjungi Taman Budaya Ardha Chandra, Art Centre Denpasar untuk melihat perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) dengan beberapa pertunjukan di beberapa stage yang ada disana. Langit sudah mulai temaram tapi tiga stage utama untuk pementasan seni masih saja kosong, ternyata untuk jam malam pementasan dimulai serentak pada jam 20.00 Wita, baiklah. Saya putuskan untuk melihat-lihat beberapa booth pameran yang ada, mulai dari booth yang menjual busana adat Bali, Kebaya, Perhiasan sampai pameran Uang Kepeng. Kemudain beralih di areal kuliner hingga ke belakang bangunan areal Arda Candra yakni tempat yang tak ubahnya pasar malam, fuiiihhh… Melelahkan.

Candra, sang dalang cilik yang sangat berbakat sedang beraksi.

Continue reading

Mengintip Irama Karya Enengpahembang

Saya baca di jadwal acara pementasan malam ini di Art Center Denpasar akan ada Special Dance Performance from Mataram City di Ayodya Stage  pada pukul 20.00 Wita. Teratrik hati ingin melihat kebudayaan dari pulau tetangga, namun sesampainya di lokasi saya malah menemukan puluhan bapak-bapak berpakaian batik membawa alat musik yang terbuat dari bambu, sebagian kecil dari alat tersebut memiliki ukuran yang terbilang besar.

Dulu mereka memainkan musik bambu ini secara utuh bersama dengan 60 orang, namun sekrang mereka hanya bermain dengan 45 orang saja.

Continue reading