Menahan Dingin di Pura Poteng Bromo

Hari ketiga, tengah malam ini udara masih dingin, begitupun dengan air yang ada di kamar mandi tak ubahnya jarum-jarum kecil menusuk kulit jika kusentuh, dingin itu mengerikan! (mungkin sedikit berlebihan) πŸ˜€
Jaket, kaos kaki, sepatu dan kuplok yang sama masih membalut tubuhku, mereka laksana malaikat saat-saat seperti ini, hehehe… Saya memang tidak tahan dengan udara dingin, lebih baik saya dijemur dibawah terik matahari yang menyengat ketimbang disuruh berlama-lama diruangan ber-AC atau disini di Bromo saat ini, namun karena ini adalah traveling dan saya belum pernah ke sini sebelumnya jadi saya akan berusaha untuk menikmatinya.

Masih di dalam pelataran pura dan pi ungun dimana-mana,
Masih di dalam pelataran pura dan api ungun dimana-mana

Malam ini adalah malam dimana puncak Yadnya Kesada akan dilaksanakan, berpusat di Pura Poteng, pura yang terletak ditengah-tengah gurun pasir Bromo, berjarak kurang lebih satu kilo meter dari Gunung Bromo dan 15 menit dari penginapan. Jam 11 malam kami sudah menginjakan kaki di pelataran pura, saya menyempatkan diri untuk melakukan persembahyangan di pura meski tidak berbekal Canang (sesaji yang terbuat dari janur dan berisi beberapa bunga) dan dupa sebagai sarana utama persembahyangan yang biasa saya lakukan. Dengan sengaja saya duduk disebelah seorang umat yang berpakaian adat Bali yang baru saja melakukan padamasana dan kemudian saya memberanikan diri untuk meminta beberapa helai bunga dan dupa, ya tentu saja itu masalah gampang. Usai persembahyangan saya dan teman-teman sudah mulai membaur. Malam itu pengunjung banyak sekali, mereka yang tahan dingin masih bisa duduk-duduk santai di pendopo atau barangkali berdiri sambil berbincang-bincang dengan pengunjung yang lain sementara mereka yang tidak tahan akan duduk atau jongkok melingkar membuat api unggun di sebagian areal pura dengan membakar kayu-kayu dan bahan upacara yang sudah tidak terpakai.

Belum juga 5 jam muter-muter di areal pura, pagi masih lama dan perhelatan Yadnya Kesada belum di mulai, 2 orang teman sudah pamit menuju mobil karena tidak tahan lagi dengan dingin dan saya pikir saya akan bertahan, 15 menit setelahnya saya menyusul mereka, parah…hahahaha… Ya begitulah, saya sangat benci dingin! Jadilah saya bermalam di Pura Poteng sambil menggigil dan kemudian terlelap berjam-jam di dalam mobil yang malah sama sekali tidak mengurangi rasa dingin dari terpaan suhu udara di luar sana.

Waktu terasa berjalan sangat cepat, tiba-tiba saja saya bertiga yang ada di dalam mobil dibangunkan seorang teman, pagi telah menyingsing dan Yadnya Kesada sudah usai, para umat sudah membawa sesaji ke atas gunung, terlewatkan sudah moment-nya. Sangat tidak layak untuk ditiru ini, hehehe… Apa mau dikata, segala hal tidak bisa dipaksa dan segala kejadian ada hikmahnya, saya senang menjalaninya.

Para Dukun sedang duduk-duduk dengan pakian yang khas.
Para Dukun sedang duduk-duduk dengan pakian yang khas.
Para Dukun sedang duduk-duduk, mereka kuat banget nahan dingin :D
Para Dukun sedang duduk-duduk, mereka kuat banget nahan dingin πŸ˜€
Sebagian besar dari pengunjung membuat api ungun di tengah pelataran pura untuk menghangatkan badan.
Sebagian besar dari pengunjung membuat api ungun di tengah pelataran pura untuk menghangatkan badan.
Diantara Suku Tengger ada juga Pemedek dari Bali, mereka terlihat jelas dengan busana yang mereka pakai.
Diantara Suku Tengger ada juga Pemedek dari Bali, mereka terlihat jelas dengan busana yang mereka pakai.
Seekor kerbau yang sudah dihias sedemikian rupa adalah hewan kurban yang akan dijadikan Yadnya Kasada pada tahun ini.
Seekor kerbau yang sudah dihias sedemikian rupa adalah hewan kurban yang akan dijadikan Yadnya Kasada pada tahun ini.

Leave a comment